Sunday, January 1, 2012

Prosesi pemakaman di Jepang

Banyak para ahli budaya berpendapat bahwa tidak ada negara modern saat ini yang menganut kepercayaan primitif layaknya Jepang. Masyarakat Jepang menganut ajaran Shinto dan Budha dalam kehidupan sehari-harinya.
Masahiro Kunosoki (1994:23) kepercayaan masyarakat Jepang bersifat shomin shinko. Shomin shinko menyangkut kepercayaan dunia suci dan dunia sekuler.
Jika Shinto bersifat sekuler dimana hanya memberikan pedoman kehidupan duniawi dan tidak mengajarkan adanya kehidupan sesudah kematian, maka Budha mengajarkan tentang Nirvana dan Umarekawaru (reinkarnasi). Karena itu upacara kematian di Jepang dilaksanakan berdasarkan ajaran Budha.
Adapun rangkaian prosesinya adalah sebagai berikut:

1.Matsugo-no-mizu
Yaitu mengusapkan air ke bibir jenasah dengan menggunakan jari atau sumpit. Tujuannya untuk membuat bibir jenasah tetap lembab.

2.Kamidana-fuji
Yaitu menempelkan kertas putih di pintu untuk menjaga keluarga dari kejahatan gaib.

3.Makura-kazari
Menghias altar dengan menutupinya dengan alas meja berwarna putih atau silver, bunga, dupa, lilin yang menyala, semangkok nasi, dan air seperti yang dilakukan pada altar Budha umumnya.

4.Kakejiku
Menggantungkan lukisan Budha atau dewa selama masa berduka di satu sisi ruangan. Ruangan ini disebutkan merupakan batas jiwa orang yang meninggal antara dunia nyata dan dunia spiritual.

5.Kitamakura
Seperti ajaran bagaimana Budha memasuki Nirvana, kepala jenasah harus dihadapkan ke utara. Tapi jika dengan suatu alasan tidak dapat dihadaplan ke utara, maka boleh dihadapkan ke barat.

6.Sakasagoto
Executing a funeral through manners opposite to those of a daily life, for example, adding hot water for washing the body of the deceased and placing an inverted screen beside the remains. This concept relates to retrogression in time and reversal of position in the postmortem world.

7. Shinishozoku
Jenasah dikenakan baju terakhir berupa kimono untuk perempuan, dan hakama atau setelan jas untuk laki-laki. Didalam kantung baju tersebut diletakkan 6 koin yang digunakan untuk menyeberangi tiga sungai(sanzui).

8. Kichu-fuda
Pada hari berduka, keluarga menggantungkan lentera kertas di luar rumah untuk memberitahukan bahwa ada orang yang meninggal di rumah tersebut.

9. Mofuku
Dahulunya, pakaian berduka yang dikenakan oleh keluarga berwarna putih. Namun sekarang, dengan adanya pengaruh asing, orang-orang yang berduka menggenakan pakaian serba hitam.


10. Juzu
Yaitu menggunakan juzu atau rosary dengan 108 biji rosary yang menggambarkan 108 kejahatan setan.

11. Ihai
Umumnya, orang Jepang percaya bahwa roh tidak berada dalam kehidupan sehari-hari, namun mereka datang ketika dipanggil. Dan Ihai ini merupakan meja kecil yang diletakkan di altar sebagai tempat persemayaman roh orang yang meninggal.

12. Shoko
Yaitu membakar dupa untuk orang yang telah meninggal, yang merupakan ajaran Budha.
13. Koden
The Koden has originated from returning the money for the incense. At present this system has been established for the purpose of giving an offering to the deseased and reducing a financial burden of the family based on the concept of the funeral rite as an affair relating to the whole community.

14. Omote-gaki
Yaitu memberikan reward kepada pendeta atas pelayanannya dalam upacara kematian.

15. Tsuya : Wake
Pada saat jenasah di kremasi, keluarga orang yang meninggal tetap terjaga semalaman, tujuan adalah untuk menjaga agar api pembakaran tidak diganggu oleh roh jahat. Untuk menghabiskan waktu, maka disediakan makanan dan minuman.

16. Kokorozuke
Memberikan tips untuk tetangga atau orang-orang yang telah membantu selama upacara.

17. Kotsuage
Yaitu mengumpulkan tulang dari tubuh yang sudah dibakar dengan menggunakan sumpit dan dimasukkan ke dalam guci. Tulang yang diambil adalah tulang kaki, tulang lengan, iga, tulang belakang, gigi, dan tengkorak.

18. Kiyome-shio
Merupakan penyucian bagi orang yang kembali dari krematorium sebelum memasuki rumah untuk membuat roh jahat pergi dari tubuh orang tersebut.

19. Koden-gaeshi
Yaitu mengirimkan para pelayat sebuah hadiah yang harganya lebih kurang setengah dari harga hadiah yang telah mereka barikan. Ini dilakukan antara hari ketujuh sampai hari ketigapuluhlima.

20. Kiake
Berdasarkan ajaran Budha, arwah orang yang telah meninggal akan tetap berada di dunia nyata hingga 49 hari setelah kematiannya. Karena itu diadakan upacara peringatan kematian pada hari ke 35 dan hari ke 49.

21. Kaimyo/Homyo
Yaitu mengganti nama orang yang telah meninggal dengan nama Budha. Nama tersebut mewakili simbol-simbol dalam keyakinan Budha.

22. Otoki
Yaitu menyajikan makanan bagi pendeta yang telah membantu dalam prosesi kematian.

No comments:

Post a Comment